Dua sejoli Rara Mendut dan Pranacitra, bagi sebagian kalangan, tak asing lagi di telinga. Kisah yang dilabeli sebagai Romeo dan Juliet tanah Jawa ini, memang tak kalah lama dibanding drama besutan Shakespeare itu.
Cerita ini bermula pada masa kejayaan bumi Mataram, tanah yang menurunkan raja-raja Jawa. Perluasan wilayah hingga pesisir pantai utara, menjadikan keraton ini melakukan ekspansi ke daerah baru, tepatnya di Kadipaten Pasantenan (kini dikenal sebagai Kabupaten Pati). Keberhasilan ekspansi yang dikomandoi Tumenggung Wiroguno, mengantarkannya menduduki posisi adipati di sana.
Syahdan, tersebutlah seorang gadis cantik asal Kadipaten Pasantenan bernama Rara Mendut, yang memiliki hubungan spesial dengan pemuda desanya, Pranacitra. Pranacitra merupakan seorang putra dari seorang saudagar kaya, Nyai Singabarong.
Sebagai tanda loyalitas adipati kepada raja, dikirimlah upeti kepada sang raja, berikut Roro Mendut yang menawan itu. Waktu demi waktu bergulir, Roro Mendut tak mampu menahan hasrat rindunya pada pria yang telah mencuri hatinya. Iapun memilih keluar dari istana, dan menetap di daerah Sendangtirto, Berbah yang berjarak sekitar 25 km sebelah timur Kraton Mataram. Ini dilakukan agar Rara Mendut tetap bisa selalu bertemu dengan kekasihnya tanpa diketahui pihak istana.
Selama di tempat itu, Rara Mendut menghidupi dirinya dengan berjualan rokok. Rokok buatannya menjadi idaman para prajurit Mataram. Sebab, ia selalu menjilat kertas rokok setiap akan menggulungnya. Ia jugalah yang pertama kali menghisapkan rokok itu pertama kali untuk pelanggan-pelanggannya.
Namun malang. Kisah cinta Rara Mendut dan Pranacitra dipergoki oleh Tumenggung Wiroguno yang telah lama menaruh hati pada gadis berparas elok itu. Tanpa pikir panjang, Tumenggung Wiroguno kemudian menghujamkan kerisnya ke tubuh Pranacitra. Rara Mendut yang tak terima, lantas berusaha mengakhiri hidupnya saat itu juga. Rara Mendut dan Pranacitra kemudian dikuburkan satu liang. Makam yang dikeramatkan penduduk setempat ini berlokasi di sebelah timur Kota Yogyakarta, tepatnya di wilayah Dusun Gandu, Sendangtirto, Berbah, Sleman.
Ritual Bercinta
Di makam yang terlindungi cungkup berukuran 4 x 5 meter itu, banyak masyarakat berdatangan. Lebih-lebih bagi mereka yang punya hajat untuk memajukan bisnisnya, mereka akan mengadakan ritual pada malam Selasa atau Jumat Kliwon. Konon, kemajuan “bisnis” rokok Rara Mendut-lah yang mendorong banyak pebisnis ngalap berkah di makam dua sejoli itu.
Ubarampe yang diperlukan dalam ritual di makam ini adalah sesaji seperti bunga setaman, kemenyan, dupa, serta rokok dan bedak. Setelah itu, peritual berjalan mengitari makam.
Konon, ritual yang dilakukan sebanyak tiga kali itu , harus ditutup dengan ritual yang mungkin membuat Anda bergidik. Ya, siapapun yang lelaku di makam Rara Mendut dan Pranacitra, harus mau menutupnya dengan hubungan badan antar pemohon hajat. Tak ayal, setiap yang melakukan lelaku, datang secara berpasangan. Hubungan bercinta ini dipersilakan dilakukan di mana saja, entah di dalam atau di luar cungkup.
Persetubuhan ini dimaknai sebagai penyatuan jiwa dan raga, sama seperti Rara Mendut dan Pranacitra yang sehidup dan semati. Namun, menurut juru kunci makam pasangan melegenda itu, agar permohonan yang diinginkan terkabul, persetubuhan haruslah dilakukan dengan pasangan yang sah (suami-istri). Konon, siapapun yang hajatnya terkabul, akan didatangi Rara Mendut dengan sosok yang cantik dalam mimpinya. Selepas itu, diyakini, bisnisnya akan berjalan sesuai keinginan.
Namun begitu, di luar segala rangkaian ritual yang diyakini masyarakat kebanyakan ini, yakinlah, keberhasilan selalu tak dapat diraih secara instan. Perjuangan yang tak pantang lelah sembari bergantung kepada Yang Kuasa, tetap menjadi jalan terbaik yang hendaknya dilakukan.
sumber http://forum.viva.co.id/showthread.php?t=1899620