Setelah bekerja enam tahun, Dr Lawrence Zwiebel seorang peneliti dari Vanderbilt University di Nashville, Tennessee AS, akhirnya menemukan cara untuk mengusir serangga mematikan dengan pendekatan baru.
Tim Zwiebel berhasil mengubah kebiasaan dari hama kuno itu, seperti kebiasaan berpesta dengan mengidentifikasi senyawa yang dapat mengganggu penciuman perilaku nyamuk. Dengan senyawa baru ini diyakini sebagai cara yang ribuan kali lebih efektif dibandingkan dengan obat anti serangga yang paling umum digunakan, DEET (N, N-diethyl-m-toluamide).
"Senyawa ini diberi nama VUAA1, bekerja dengan mengaktifkan 76 reseptor bau serangga sekaligus, sehingga dapat sangat merangsang dan membingungkan serangga," Dr Lawrence Zwiebel, seorang peneliti di Vanderbilt University, seperti dilansir ABCNews, Rabu (29/6/2011).
Ilmuwan mengibaratkan nyamuk yang terkena senyawa tersebut dengan pengalaman manusia. "Jika Anda masuk ke lift dan ada seseorang dengan parfum terlalu menyengat, Anda hanya sekali mengaktifkan reseptor bau sedikit, tapi Anda masih ingin keluar untuk dari sana," kata Jones.
Untuk nyamuk, senyawa ini akan mengaktifkan setiap reseptor dan akan sangat membingungkan. Senyawa ini juga akan memperpendek kemampuan penciuman nyamuk terhadap manusia.
Dan jika bukan pada manusia, nyamuk akan menargetkan burung atau mamalia lain sebagai sasarannya, yang tidak menggunakan obat nyamuk. "Nyamuk akan menjadi sembarangan dalam mencari mangsa," jelas Jones.
Terlebih lagi, senyawa ini tampaknya juga efektif untuk serangga lainnya. "Ini penolak baru yang potensial dapat mengusir hampir setiap serangga," papar Jones.
Ancaman nyamuk berbahaya telah menjadi masalah global yang mendapat perhatian serius. Di berbagai penjuru dunia, nyamuk malaria telah merenggut nyawa seorang anak setiap 45 menit sekali, yang sebagian besar terjadi di Afrika. Namun kematian tersebut sebenarnya dapat dicegah.
"Binatang paling berbahaya di planet ini adalah gambiae Anopheles, nyamuk yang membawa malaria," kata Dr Zwiebel.