Lintas Cewek - Kuman dari anus yang tersimpan dalam pantyliner dapat menyusup ke dalam vagina.Bisa juga memicu terjadinya keputihan.Ardiansjah, dokter spesialis kebidanan dan kandungan Rumah Sakit Siloam,
Semanggi, Jakarta, senyum-senyum sendiri mendengar cerita temannya
sesama dokter. Pasalnya, si teman selalu bercerita bahwa ia tak sempat
ganti pakaian dalam saat bekerja karena sangat sibuk menangani pasien.
"Bayangkan, dia berangkat pukul enam pagi, berarti pakai celana dalam sejak jam pukul lima pagi. Dia terus bekerja sampai sore atau malam dan enggak sempat ganti celana dalam," kata Ardiansjah.
Sulit dipungkiri, lantaran kesibukan bekerja, banyak orang tak sempat mengganti pakaian dalam, khususnya celana dalam. Meskipun tak mengganti celana dalam, untuk menjaga kelembapan daerah kewanitaannya, perempuan kadang memakai pantyliner, atau pembalut tipis sekali pakai. Pantyliner atau pantyshield terbuat dari bahan dasar plastik yang memiliki bantalan tipis untuk menyerap cairan. Bentuk bantalannya tidak terlalu tebal seperti yang dimiliki pembalut karena memang bukan untuk menyerap cairan haid.
Pantyliner sebenarnya bukan biang masalah, tapi sebaiknya tidak dipakai setiap hari, apalagi dalam waktu yang lama. Menurut Ardiansjah, terlalu lama menggunakan pantyliner berbahaya bagi kesehatan organ kewanitaan. Pantyliner yang tidak diganti dalam waktu beberapa jam akan lembap dan menjadi media tumbuhnya jamur atau bakteri (kuman), antara lain kuman Trichomonas vaginalis. “Bisa menyebabkan keputihan," kata Ardiansjah.
Keputihan merupakan salah satu indikasi masalah kesehatan pada organ kewanitaan. Keputihan biasanya ditandai dengan rasa gatal, bau tidak sedap, dan terkadang rasa nyeri. Selain itu, keputihan yang disertai infeksi akan berwarna kekuningan, kecokelatan, bahkan kemerahan jika sudah bercampur darah. Karena itu, Ardiansjah menyarankan agar pantyliner diganti saban dua jam sekali atau setelah buang air.
“Kuman dari pantyliner yang dipakai lagi setelah buang air akan berpindah ke organ genitalia,” kata Ardiansjah menuturkan. Hal itu bisa terjadi karena organ genitalia perempuan dekat dengan lubang anus, berbeda dengan organ genitalia laki-laki yang jauh dari anus. “Karena itu, kalau kuman-kuman tersebut berada di bawah (tertinggal di pantyliner), takutnya mudah terbawa ke lubang genitalia sehingga menyebabkan terjadi infeksi di situ,” ujarnya.
Infeksi di organ genitalia tak boleh dianggap sepele. Jika dibiarkan terus-menerus, hal itu bisa menyebabkan masalah pada kesuburan. Infeksi dari organ genitalia ini bisa menjalar naik ke rahim, kemudian masuk dan menyumbat saluran telur.
"Bayangkan, dia berangkat pukul enam pagi, berarti pakai celana dalam sejak jam pukul lima pagi. Dia terus bekerja sampai sore atau malam dan enggak sempat ganti celana dalam," kata Ardiansjah.
Sulit dipungkiri, lantaran kesibukan bekerja, banyak orang tak sempat mengganti pakaian dalam, khususnya celana dalam. Meskipun tak mengganti celana dalam, untuk menjaga kelembapan daerah kewanitaannya, perempuan kadang memakai pantyliner, atau pembalut tipis sekali pakai. Pantyliner atau pantyshield terbuat dari bahan dasar plastik yang memiliki bantalan tipis untuk menyerap cairan. Bentuk bantalannya tidak terlalu tebal seperti yang dimiliki pembalut karena memang bukan untuk menyerap cairan haid.
Pantyliner sebenarnya bukan biang masalah, tapi sebaiknya tidak dipakai setiap hari, apalagi dalam waktu yang lama. Menurut Ardiansjah, terlalu lama menggunakan pantyliner berbahaya bagi kesehatan organ kewanitaan. Pantyliner yang tidak diganti dalam waktu beberapa jam akan lembap dan menjadi media tumbuhnya jamur atau bakteri (kuman), antara lain kuman Trichomonas vaginalis. “Bisa menyebabkan keputihan," kata Ardiansjah.
Keputihan merupakan salah satu indikasi masalah kesehatan pada organ kewanitaan. Keputihan biasanya ditandai dengan rasa gatal, bau tidak sedap, dan terkadang rasa nyeri. Selain itu, keputihan yang disertai infeksi akan berwarna kekuningan, kecokelatan, bahkan kemerahan jika sudah bercampur darah. Karena itu, Ardiansjah menyarankan agar pantyliner diganti saban dua jam sekali atau setelah buang air.
“Kuman dari pantyliner yang dipakai lagi setelah buang air akan berpindah ke organ genitalia,” kata Ardiansjah menuturkan. Hal itu bisa terjadi karena organ genitalia perempuan dekat dengan lubang anus, berbeda dengan organ genitalia laki-laki yang jauh dari anus. “Karena itu, kalau kuman-kuman tersebut berada di bawah (tertinggal di pantyliner), takutnya mudah terbawa ke lubang genitalia sehingga menyebabkan terjadi infeksi di situ,” ujarnya.
Infeksi di organ genitalia tak boleh dianggap sepele. Jika dibiarkan terus-menerus, hal itu bisa menyebabkan masalah pada kesuburan. Infeksi dari organ genitalia ini bisa menjalar naik ke rahim, kemudian masuk dan menyumbat saluran telur.